Kepada pejabat raja yang (dulunya) buta juga dikatakan, ‘Kembalilah kepada agamamu semula!’ Ia menolak. Lalu di tengah-tengah kepalanya diletakkan gergaji dan ia dibelah menjadi dua. Sang raja berkata, ‘Kembalilah kepada agamamu semula!’ Ia menolak. Lalu ia pun terus disiksa sehingga ia menunjukkan kepada rahib. ‘Apakah kamu punya Tuhan selain diriku?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’. Raja berkata, ‘Aku?’ ‘Tidak!’, kata pemuda. Yang menyembuhkan hanyalah Allah Azza wa Jalla. Sang pemuda menangkis, ‘Aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun. Sang raja berkata, ‘Wahai anakku, sihirmu telah sampai pada tingkat kamu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan berbagai penyakit lainnya’.
Demikianlah, sehingga ia terus-menerus disiksa sampai ia menunjukkan kepada sang pemuda. Raja bertanya, ‘Apakah kamu memiliki Tuhan selain diriku?’ Ia menjawab, ‘Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’. Raja berkata, ‘Saya?’ ‘Tidak, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’, tegasnya. Sang raja bertanya, ‘Wahai fulan, siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku’. Kemudian ia datang kepada raja dan duduk di sisinya seperti sedia kala. Ia lalu beriman dan berdo’a kepada Allah dan sembuh.
Jika Anda beriman kepada Allah dan berdo’a kepadaNya, niscaya Ia akan menyembuhkanmu. Yang bisa menyembuhkan adalah Allah Azza wa Jalla. Maka ia membawa hadiah yang banyak kepadanya seraya berkata, ‘Sembuhkanlah aku, dan engkau boleh memiliki semua ini! Pemuda itu menjawab, ‘Aku tidak bisa menyembuhkan seseorang. Alkisah, ada pejabat raja yang tiba-tiba buta. Allah menyembuhkan mereka melalui kedua tangannya. Selanjutnya, pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan segala jenis penyakit. Jika engkau diuji maka jangan tunjukkan diriku. Lalu sang rahib berkata, ‘Wahai anakku, kini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku. Lalu ia melemparnya, dan binatang itu pun terbunuh kemudian ia pergi. Setelah itu ia mengambil batu seraya berkata, ‘Ya Allah, jika perintah rahib lebih engkau cintai dan ridhai daripada perintah tukang sihir maka bunuhlah binatang ini, sehingga manusia bisa menyeberang’.
Maka sang pemuda berkata, ‘Saat ini aku akan mengetahui, apakah perintah ahli sihir lebih dicintai Allah ataukah perintah rahib. Suatu kali, ia menyaksikan binatang besar dan menakutkan yang menghalangi jalan manusia, sehingga mereka tidak bisa menyeberang. Dan jika keluargamu hendak memukulmu maka katakanlah, aku terlambat karena (belajar dengan) tukang sihir’. Rahib berkata, ‘Jika tukang sihir ingin memukulmu katakanlah, aku terlambat karena keluargaku. Begitu ia sampai kepada tukang sihir karena terlambat serta merta ia dipukulnya seraya ditanya, ‘Apa yang menghalangimu?’ Dan bila sampai di rumahnya, keluarganya memukulnya seraya bertanya, ‘Apa yang menghalangimu (sehingga terlambat pulang)?’ Lalu, ia pun mengadukan halnya kepada sang rahib. Sang pemuda begitu kagum kepada rahib dan pembicaraannya. Pemuda itu mendatangi sang rahib dan mendengarkan pembicaraannya. Dan jalan antara raja dengan tukang sihir itu terdapat seorang rahib. Maka diutuslah seorang pemuda yang kemudian ia ajari sihir. Karena itu, utuslah kepadaku seorang anak muda agar aku ajari sihir’.
Ketika tukang sihir itu telah tua, ia berkata kepada sang raja, ‘Sesungguhnya usiaku telah tua dan ajalku telah dekat. Dari Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang raja pada zaman sebelum kalian.
0 kommentar(er)
